Maura sang Mutiara





Malam ini seolah seperti sinetron yang sering nampak dilayar TV , tapi ternyata yang menimpaku ini benar benar nyata, baru saja aku bertemu dengan sosok yang memberikanku banyak pelajaran dari senyumannya, kenakalan masa kanaknya, tingkah lakunya.”Maura” namanya, sosok berusia 7 tahun yang tak pernah mengeluhkan keadaannya, ia adalah seorang anak yang ditinggal oleh bundanya saat ia pertama kali melihat indahnya dunia ini, dan entahlah aku harus menyebut ayahnya juga meninggalkannya atau tidak , yang jelas saat aku bertanya sosok seperti apakah ayah maura, ia hanya menggelengkan kepala, yang ia tahu bahwa ayahnya sedang bekerja keras untuknya meskipun ia sendiri tak pernah mengenal sosok ayahnya.
Awal mula semua ini, ketika teman-teman HPSA (health promotion student asosiation) melaksanakan kegiatan buka bersama di salah satu panti daerah cirendeu, hatiku berdesir melihat kondisi yang benar benar tidak aku bayangkan sebelumnya, linkungan yang sangat sempit bagi orang sejumlah anak panti, ruangan yang kurang ventilasi, kamar mandi yang jumlahnya tak sebanding dengan jumlah anak panti, kamar yang berukuran 5x4 yang berisi 6-8 orang, namun tak kutemukan kesedihan di wajah anak-anak panti itu.
Saat ini adalah hari ke-15 bulan ramadhan, aku heran melihat salah satu anak panti mengembalikan nasi kotak yang telah diberikan, aku bertanya kepadanya mengapa ia mengembalikan nasi kotak itu , ia menjawab singkat , “ yang kakak kasih tadi sudah membuat saya kenyang kak”, hatiku tercambuk meskipun dalam kondisi seperti ia membuang rasa serakah yang biasanya diderita banyak orang, akupun tak tinggal diam aku membujuknya agar makanan tersebut diberikan kepada keluarga sampai akhirnya aku tidak sengaja mengatakan agar memberikan nasi kotak tersebut kepada ayah atau bundanya, dengan nada polos ia menjawab “saya gak punya ayah & ibu kak” jawaban yang membuat aku menyesali pertanyaan terahirku,kemudian aku menyarankan agar makanan tersebut disimpan untuk menu sahur namun lagi-lagi ia menolakku karena saat sahur sudah tersedia menu favoritnya, iseng aku menanyakan menu sahur maura yang biasa disajikan , dengan bangga dan cerianya ia menjawab “ biasanya kami dibikinin Mie instant oleh ummy”, berapa kali aku bertanya kepada diriku sendiri, “pantaskah aku mengeluhkan kehidupanku selama ini?” hatiku sendiri seolah getir menjawab pertanyaanku sendiri.
Aku menyebut anak ini adalah hidayah tersirat dalam perjalanan hidupku kali ini, terimakasih ya allah telah mempertemukanku dengan sosok “maura”

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Powered by Blogger.