Lupus
berasal dari bahasa latin yang berarti anjing hutan atau serigala, sedangkan erythematosus dalam bahasa Yunani berarti
kemerah-merahan, Lupus
erythematosus (LE) terdiri dari Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan Discoid Lupus Erythematosus (DLE). Gejala pada penderita DLE hanya akan menunjukkan
manifestasi pada kulit, sedangkan SLE merupakan
tipe LE yang dapat menunjukkan manifestasi pada kulit dan
juga pada organ pada organ lainnya.penderita penyakit LE
dapat mengalami perubahan biologis, psikologis dan sosiologi yang sangat
mempengaruhi kehidupan penderita.
secara biologis Penderita penyakit Lupus Erythematosus (LE) dapat mengalami perubahan status
nutrisi, hal tersebut dikarenakan penderita LE harus mengkonsumsi obat-obatan
secara rutinyang dapat memberikan efek peningkatan gula darah, peningkatan
tekanan darah, pengeroposan tulang dan peningkatan berat badan penderita.
Selain itu penderita menglami kebosanan dan terisolasi dari lingkungannya
karena jadwal istirahat dan konsumsi obat.
sebuah penelitin mengatakan bahwa pasien LE yang menjalani pengobatan
atau terapi selama 12 minggu memiliki resko dropped
out dari pengobatan . Kondisi-kondisi tersebut berdampak terhadap aktifitas
penderita yang biasanya dapat bekerja dan produktif menjadi seorang yang tidak
berdaya, hal ini juga erat kaitannya dengan psikologis penderita LE.
Selain mempengaruhi kondisi Biologis, penyakit Lupus Erythematosus (LE) juga mempengaruhi kondisi psikologis penderita,
dari penelitian yang dilakukan di salah satu RS Palembang dikatakan bahwa kondisi
psikologis penderita penyakit LE terhadap penyakit yang diderita sangatlah
beragam yaitu timbul rasa ketidak percayaan bahwa dirinya menderita penyakit
LE, timbul rasa marah, rasa yang masih
menimbang-nimbang antara harus cemas atan harus pasrah, dan dari responden yang
terdapat di rumah sakit tersebut hanya
satu orang saja yang dapat dikatakan penderita LE menerima kenyataan bahwa
dirinya menderita penyakit ini. Penderita LE cenderung menglami Stress bahkan
depresi terkait dengan ketidak berdayaan penderita LE dalam melakukan aktivitas
yang biasanya dikerjakan. oleh karena itu pendekatan secara personal berupa
dukungan dan perhatian dari dokter, perawat dan orang-orang terdekat seperti
keluarga sangat berpengaruh terhadap kondisi penderita LE dan motivasi
penderita LE untuk sembuh.
Stigma penyakit LE di masyarakat umum maupun kesehatan
masih cenderung melakukan isolasi sosial terhadap penderita LE, hal tersebut
berdasarkan pengakuan dari penderita LE yang merasa dibedakan dalam hal-hal
tertentu seperti dalam hal keikutsertaan penderita LE dalam kegiatan-kegiatan
tertentu di masyarakat, oleh sebab itu banyak penderita LE yang
mengeliminasikan diri karena kesulitan dalam bersosialisasi di komunitas
sosialnya namun juga banyak penderita LE yang dieliminasi oleh komunitas
sosialnya terkait stigma buruk dan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit LE
maupun penderita LE.
Pendekatan pengobatan penyakit Lupus erythematosus (LE) tidak hanya dilakukan dari salah satu pendekatan saja namun harus
dilakukan dengan pendekatan dari aspek lainnya, seperti pendekatan psikologis
dan sosial karena penyakit Lupus
erythematosus (LE) tidak hanya mempengaruhi fisik penderitanya
saja namun memiliki efek domino terhadap aspek lainnya oleh karena itu
pendekatan pengobatannya harus dilakukan secara holistik terhadap semua aspek
yang terkait.
Sumber: Judha, Muhammad.
dkk 2010 Pencarian Makna Hidup Klien Terdiagnosa Lupus Eritematosus sistemik
dengan Perspektif Maslow dan Henderson. Jurnal
keperawatan Indonesia volume 13. no 3
0 comments:
Post a Comment